Senin, 15 Desember 2014

Jus 'Ta Story_forgetter


Salahkah menjadi seorang pelupa?

Seorang pelupa yang memilih...
untuk melupakan rasa sakitnya ketimbang terus mengingatnya.
 melupakan rasa takut dan menghadapinya.

Seorang pelupa yang lebih memilih...
untuk melupakan orang-orang yang meninggalkannya di saat diperlukan,
melupakan orang-orang yang menjatuhkannya demi keegoisan diri sendiri,
dan melupakan mereka yang bermulut hitam tanpa benar-benar mengenal siapa yang mereka bicarakan.

Seorang pelupa yang memilih untuk melupakan orang yang melupakannya.

Menjadi seorang pelupa tidak begitu rumit, tapi juga tidak begitu sederhana.

Berproses dengan rasa sakit.
Berproses dengan penerimaan akan rasa pahit.
Kau, hatimu, dan pikiranmu mulai mengenal kata 'berjuang'.
Berjuang untuk pergi.
Berjuang untuk menerima.
Hingga akhirnya kau bisa melepaskan dan melupakan.

Tidak mudah menjadi seorang pelupa.
Saat kau melupakan, semua menuntutmu untuk mengingat.
Saat kau mulai bisa pergi dan bergerak maju, seseorang menarikmu kembali ke belakang.
Berteriak di depan mukamu dan menghalangi jalurmu untuk berlari ke depan.

Tidak mudah ada disini.
Terkadang rasa bahagia ikut terlupakan seiring rasa sakit memudar.
Terkadang lupa rasanya tersenyum tulus ketika rasa pahit kembali.
Lupa, bahwa kau pernah menemui orang yang serupa di waktu lampau.
Sekalipun telah belajar, kau tetap bisa melakukan kesalahan yang sama.

Semua bilang 'manusia tidak sempurna.'
Tapi semua menuntut untuk sempurna.
Sang Pelupa juga tidak sempurna.
Di balik pilihannya untuk melupakan sisi hitam hidupnya,
terkadang dia melupakan sisi putihnya di beberapa tempat.

Dia juga memerlukan orang yang siap menopang punggungnya untuk tetap tegak.
Memerlukan orang yang setia melangkah bersamanya ketika dia melupakan.

Jangan berpikir, dia melupakan tanpa sebab.
Jangan berpikir, dia menjadi seorang pelupa tanpa alasan.

Everything's CLEAR and BOLD, when you know the reason behind.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...